BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan.
Tirotoksikosis berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang
ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Sedangkan
hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu
sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan
hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme.
Tiroid
sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari.
Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar
dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari)
dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian
dari otak.
Hipothalamus
melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang
mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating
hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk
melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana
saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid
yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada
hipertiroid.Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid
yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah yang menyebabkan penyakit
Hipertiroid ?
2.
Bagaimana gejala dan pengobatan
penyakit Hipertiroid ?
C. TUJUAN
Tujuan Umum
1.
Mampu menjelaskan apa yang dimaksud
dengan Hipertiroid
Tujuan Khusus
1) Mampu menjelaskan Anatomi dan definisi Hipertiroid
2) Mampu menjelaskan penyebab penyakit Hipertiroid
3) Mampu menjelaskan gejala dan pemeriksaan penyakit
Hipertiroid
4) Mampu menjelaskan pengobatan penyakit Hipertiriod
D. MANFAAT
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan
makalah ini adalah:
1)
Mendapatkan pengetahuan tentang
definisi Hipertiroid
2)
Mendapatkan pemahaman tentang
penyebab penyakit Hipertiroid
3)
Mendapatkan pemahaman tentang gejala
dan pemeriksaan penyakit Hipertiroid
4)
Mendapatkan pemahaman tentang
pengobatan Hipertiroid
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI
PATOLOGI
Kelenjar tiroid adalah salah satu kelenjar getah bening yang terletak di daerah leher, berdekatan dengan nervus laryngeus rekurrens dan kelenjar paratiroid. Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dan terberat dibandingkan kelenjar lainnya.Terdiri dari dua bagian dengan berat kira-kira 20-30 gram.
Kelenjar
tiroid ini kaya pembuluh darah dan terdapat sistem limfatik yang berada di
dalam kelenjar. Terdapat kedua susunan saraf otonom, akan tetapi saraf simpatik
lebih berperan. Sel yang mendominasi kelenjar ini adalah sel folikel. Hormon yang
diproduksi adalah tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Produksi hormon ini
tergantung pada stimulasi dari tirotropin stimulatinghormon (TSH)
yang berasal dari hipofisis, di samping hormon ini
kelenjar tiroid masih memproduksi tiroglobulin. Sifat hormon T3
dan T4 adalah meningkatkan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein.
B. DEFINISI
Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan
atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh
kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin
dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk
mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar
tiroid yang terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari
hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah. Thyrotoxicosis adalah suatu
kondisi keracunan yang disebabkan oleh suatu kelebihan hormon-hormon tiroid
dari penyebab mana saja. Thyrotoxicosis dapat disebabkan oleh suatu pemasukan
yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid atau oleh produksi hormon-hormon
tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi
oleh kelenjar tiroid dan dilepaskan kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling
berinteraksi dengan hampir seluruh sel tubuh, yang menyebabkan sel tubuh untuk
meningkatkan aktivitas metabolisme mereka. Kelainan banyaknya hormon tiroid ini
yang secara khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses kimia
dan fisika yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk
fungsi sel, pertumbuhan dan divisi.
Hipertiroid atau Hipertiroidisme biasanya dapat
diatasi dengan obat-obatan. Pilihan lainnya adalah pembedahan untuk mengangkat
kelenjar tiroid atau pemberian yodium radiaktif. Setiap pengobatan memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Agar bekerja sebagaimana mestinya, kelenjar tiroid
memerlukan sejumlah kecil yodium : Jumlah yodium yang berlebihan bisa
menurunkan jumlah hormon yang dibuat dan mencegah pelepasan hormon tiroid.
Karena itu untuk menghentikan pelepasan hormon tiroid yang berlebihan, bisa
diberikan yodium dosis tinggi. Pemberian yodium terutama bermanfaat jika
hipertirodisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi badai tiroid
atau sebelum dilakukan tindakan pembedahan).
Yodium tidak digunakan pada pengobatan rutin atau
pengobatan jangka panjang.Propiltiourasil atau metimatol merupakan
obat yang paling sering digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Obat ini
memperlambat fungsi tiroid dengan cara mengurangi pembentukan hormon tiroid
oleh kelenjar. Kedua obat tersebut diberikan per-oral (ditelan), dimulai dengan
dosis tinggi. Selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan darah terhadap
hormon tiroid.
Tiroiditis adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya
diikuti dengan gejala hipertiroid. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
wanita setelah melahirkan, yang beberapa bulan kemudian timbul gejala
hipotiroid. Sebagian besar akan pulih kembali menjadi normatiroid. Setelah
pengobatan dengan radiasi yodium radiaktif, atau setelah tindakan beda,
jaringan tiroid menjadi tidak berdungsi atau terambil semua oleh operasi mata
akan timbul gejala hipotiroid.
Hormon-hormon tiroid menstimulasi metabolisme dari
sel-sel. Mereka diproduksi oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada
bagian bawah leher, dibawah Adam's apple. Kelenjar membungkus sekeliling
saluran udara (trachea) dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu
yang dibentuk oleh dua sayap (lobes) dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah
(isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang
kebanyakan datang dari makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan
menggunakannya untuk memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid
yang paling penting adalah thyroxine (T4) triiodothyronine (T3) mewakili 99.9%
dan 0.1% dari masing-masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif
secara biologi (contohnya, efek yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah
T3. Sekali dilepas dari kelenjar tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang
besar dari T4 dirubah ke T3 - hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi
metabolisme sel-sel.
Dan Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang
berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur
sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik
dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain
yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut
thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari
untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH
mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika
aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini
terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan,
dengan demikian berakibat pada hipertiroid.
Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol
oleh kelenjar pituitari. Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar
dalam tubuh untuk mengizinkan fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan
oleh pituitari dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi
lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari
hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba
untuk mengurangi produksi hormon tiroid.
C. ETIOLOGI
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
a.
Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh
kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling
sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada
pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin
(TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor
antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi,
kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa
seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision.Penyakit mata ini sering berjalan sendiri
dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit
menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
b.
Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji
padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule
atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan.
c.
Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian
tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang
tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang
minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
d.
Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH
berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
e.
Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan,
disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan
hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
f.
Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid,
kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada
kelainan kelenjar tiroid.
D. MANIFESTASI KLINIS
1)
Gangguan
kardiopulmoner seperti:
a.
Berdebar-debar
b.
Tekanan
nadi meningkat
c. Kadang-kadang disertai sesak nafas
2) Gangguan gastrointestinal
a.
Selera
makan semakin bertambah
b. Berat badan mulai menurun
c. Kerap buang air besar/diare
d.
Sering
berpeluh/berkeringat karena metabolisme meningkat
3) Gangguan saraf dan neuromuskular oleh
kelebihan tiroksin
a.
Emosi
labil
b.
Rasa
gelisah
c.
Susah
tidur
d.
Penglihatan
terjejas karena saraf mata tertekan
e.
Mata
melotot/bola mata menonjol terjadi akibat pembengkakan otot dan jaringan lemak
di sekitar
mata.
4) Kelainan kulit
a.
Biasanya kulit menjadi
hangat, lembab dan terdapat hiperpigmentasi
b. Gangguan tulang, sering ditemukan fraktur
terutama pada pasien lansia oleh karena reabsorpsi kalsium
usus menurun dan
resorpsi tulang meningkat.
E. PATOFISIOLOGI
Hipertiroid dapat terjadi karena berbagai macam
penyebab yang telah dijelaskan pada etiologi, akan tetapi Hipertiroid pada
penyakit graves adalah akibat antibodi reseptor TSH yang merangsang aktivitas
tiroid sedang. Pada goiter
multimodular toksik berhubungan dengan autonomi tirad itu sendiri. Ada pula
hipertiroid sebagai akibat peningkatan sekresi TSH dari hipofisis, namun jarang
ditemukan. Hipertiroid pada T3 tiroto sikosis mungkin diakibatkan oleh
delodinasi T4 pada tiroid atau meningkatnya T3 pada jaringan di luar tiroid.
Pada tirotoksikosis yang tidak disertai hipertiroid seperti tiroiditis terjadi
kebocoran hormon-hormon. Masukan hormon tiroid dari luar yang berlebihan dan
terdapatnya jaringan tiroid ektopik dapat mengakibatkan tirotoksikosis tanpa hipertiroid.
PATHWAY
Add caption |
F. KOMPLIKASI
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat
berlebihan dari kelenjar tiroid, yang terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid
bisa menyebabkan :
v
Demam, kegelisahan, perubahan
suasana hati, kebingungan
v
Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
v
Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
v
Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Badai tiroid merupakan suatu keadaan
darurat yang sangat berbahaya dan memerlukan tindakan segera. Tekanan yang
berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa
berakibat fatal. (aritmia) dan syok. Badal tiroid biasanya terjadi karena
hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat, dan bisa
dipicu oleh :
v
Infeksi
v
Pembedahan
v
Stress
v
Diabetes yang kurang terkendali
v
Ketakutan
v
Kehamilan atau persalinan
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC HIPERTIROID
a. T 4 Serum
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4
serum dengan teknik radio immune assay atau peningkatan kompetitif.
Kisaran T4 dalam serum yang normal berada diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5
hingga 150 nmol/L). T4 Terikat terutama dengan TBG dan prealbumin : T3 terikat
lebih longgar. T4 normalnya terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah
protein pangikat ini juga akan mengubah
kadar T4
b. T 3 Serum
T3 serum mengukur
kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total, dalam serum. Sekresinya
terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4 . Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau
menurun secara bersama-sama, namun kadar T4
tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk
menunjukan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4
lebih besar daripada kadar T3. Batas-batas normal untuk T3 serum adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga
3,10nmol/L)
c. Tes T3 Ambilan
Resin
Tes
T3 ambilan resin merupakan pemeriksaan untuk mengukur
secara tidak langsung kaar TBG tidak-jenuh. Tujuannya adalah untuk
menentukan jumlah hormone tiroid yang terikat dengan TBG dan jumlah tempat
pengikatan yang ada.Pemeriksaan ini, menghasilkan indeks jumlah hormone tiroid
yang sudah ada dalam sirkulasi darah pasien. Normalnya, TBG tidak sepenuhnya
jenuh dengan hormone tiroid dan masih terdapat tempat-tempat kosong untuk
mengikat T3 berlabel-radioiodium, yang ditambahkan ke dalam specimen
darah pasien. Nilai ambilan T3 yang normal adalah 25% hingga
35% yang menunjukan bahwa kurang lebih seper tiga dari tempat yang ada paa TBG
sudah ditempati oleh hormone tiroid.
Jika jumlah tempat kosong rendah, seperti pada hipertiroidisme, maka ambilan T3
lebih besar dari 35%
d. Tes TSH (Thyroid
Stimulating Hormone)
Sekresi T3 dan T4
oleh kelenjar tiroid dikendalikan hormone stimulasi tiroid (TSH atau
tirotropin) dari kelenjar hipofisis anterior. Pengukuran konsentrasi TSH serum
sangat penting artinya dalam menegakkan diagnosis serta penatalaksanaan
kelainan tiroid dan untuk membedakan kelainan yang disebabkan oleh
penyakit pada kelenjar tiroid sendiri dengan kelainan yang disebabkan oleh
penyakit pada hipofisis atau hipotalamus. Kadar TSH dapat diukur dengan assay
radio imunometrik, nilai normal dengan assay generasi ketiga, berkisar dari
0,02 hingga 5,0 μU/ml.
Kadar TSH sensitif dan dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid.
Kadar akan berada dibawah normal pada
pasien dengan peningkatan autonom pada fungsi tiroid (penyakit graves,
hiperfungsi nodul tiroid).
e. Tes Thyrotropin
Releasing Hormone
Tes Stimulasi TRH
merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH di hipofisis dan akan
sangat berguna apabila hasil tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa. Pasien
diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit sebelum dan sesudah
penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah diambil untuk mengukur
kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus diingatka bahwa
penyuntikan TRH secara intravena dapat menyebabkan kemerahan pada wajah yang
bersifat temporer, mual, atau keinginan untuk buang air kecil.
f. Tiroglobulin
Tiroglobulin merupakan precursor untuk T3 dan T4 dapat
diukur kadarnya dalam serum dengan hasil yang bisa diandalkan melalui pemeriksaaan
radioimmuno assay. Faktor-faktor yang meningkatkan atau menurunkan
aktivitas kelenjar tiroid dan sekresi T3 serta T4 memiliki efek yang serupa
terhadap sintesis dan sekresi tiroglobulin. Kadar tiroglobulin meningkat pada
karsinoma tiroid, hipertiroidisme dan tiroiditis subakut. Kadar tiroglobulin
juga dapat akan meningkat pada keadaan fisiologik normal
seperti kehamilan.
g. Ambilan Iodium
Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur
kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau
radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan
dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan mendeteksi
serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil penguraian dalam
kelenjar tiroid.
Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang
terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes
ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan memberikanhasil
yang dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme akan mengalami penumpukan
dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).
h. Pemindai Radio atau
Pemindai Skintilasi Tiroid
Serupa dengan tes
ambilan iodium radioaktif dalam pemindaian tiroid digunakan alat detector
skintilasi dengan focus kuat yang digerakkan maju mundur dalam
suatu rangkaian jalur parallel dan secara
progresif kemudian digerakkan kebawah. Pada saat yang bersamaan, alat
pencetak merekam suatu tanda ketika telah tercapai suatu jumlah hitungan yang
ditentukan sebelumnya.
Teknik ini akan menghasilkan gambar visual
yang menentukan lokasi radioaktivitas di daerah yang dipindai. Meskipun
I 131 merupakan isotop yang paling sering digunakan, beberapa isotop
iodium lainnya yang mencakup Tc9m
(sodium pertechnetate) dan
isotop radioaktif lainnya (thalium serta americum) digunakan
dibeberapa laboratorium karena sifat-sifat fisik dan biokimianya memungkinkan
untuk pemberian radiasi dengan dosis rendah.
Pemindaian sangat membantu dalam menemukan lokasi, ukuran, bentuk
dan fungsi anatomic kelenjar tiroid. Khususnya jaringan tiroid tersebut terletak substernal
atau berukuran besar. Identifikasi daerah yang mengalami
peningkatan fungsi (hot area) atau penurunan fungsi (cold area) dapat membantu dalam
menegakkan diagnosis. Meskipun sebagian besar daerah yang
mengalami penurunan fungsi tidak menunjukkan kelainan malignitas, defisiensi fungsi akan
meningkatnya kemungkinan terjadinya keganasan terutama jika hanya
terdapat satu daerah yang tidak berfungsi. Pemindaian terhadap keseluruhan
tubuh (whole body CT scan) yang diperlukan untuk memperoleh profil seluruh
tubuh dapat dilakukan untuk mencari metastasis malignitas pada kelenjar tiroid
yang masih berfungsi.
i.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat
membantu membedakan kelainan kistik atau solid padatiroid. Kelainan solid lebih
sering disebabkan keganasan dibanding dengan kelainankistik. Tetapi kelainan
kistik pun dapat disebabkan keganasan meskipun kemungkinannya lebih kecil.
Pemeriksaan radiologik di daerah leher Karsinoma tiroid kadang-kadang
disertai perkapuran. Ini sebagai tanda yangboleh dipegang.
H. PENATALAKSANAAN
1
Konservatif
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini
menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien mengalami
gejala
hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :
v
Thioamide
v
Methimazole dosis awal 20 -30
mg/hari
v
Propylthiouracil (PTU) dosis awal
300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000 mg/hari
v
Potassium Iodide
v
Sodium Ipodate
v Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist.
Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala hipotiroidisme.
Contoh:
Propanolol
Indikasi :
v
Mendapat remisi yang menetap atau
memperpanjang remisi pada pasien muda dengan struma ringan –sedang dan
tiroktosikosis
v
Untuk mengendalikan tiroktosikosis
pada fase sebelum pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
v
Persiapan tiroidektomi
v
Pasien hamil, usia lanjut
v
Krisis tiroid
2.
Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk
memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif
b. Tiroidektomi
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar
I. TERAPI
Ø
Obat antitiroid, biasanya diberikan
sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: propil tio urasil (PTU), karbimazol.
Ø
Pemberian yodium radioaktif, biasa
untuk pasien berumur 35 tahun/lebih atau pasien yang hipertiroid-nya kambuh
setelah operasi.
Ø
Operasi tiroidektomi subtotal.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar
tiroid-nya tidak bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk
wanita hamil (trimester kedua), dan untuk pasien yang alergi terhadap
obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan
spontan dalam waktu 1 tahun.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HIPERTIROID
I. Pengkajian
1. Anamnesa
Aktivitas / Istirahat
Tanda : Atrofi Otot
2.
Sirkulasi
Gejala
: Palpitasi, nyeri dada ( angina )
Tanda
: Disritmia ( vibrilasi atrium ), irama gallop,
murmur ; Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia ;
Sirkulasi kolaps, syok
(krisis tirotoksikosis )
3. Integritas
Ego
Gejala :
Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik
Tanda : Emosi
labil ( euforia sedang sampai delirium ), depresi
II. Pemeriksaan Fisik
1. Pernafasan
B1 (breath)
sirkulasi
kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan meningkat,dipneu,dipsneu,dan
edema paru.
2. Kardiovaskular
B2 (blood)
hipertensi,
aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali, leher
membesar
3. Persyarafan
B3 (brain)
Bicaranya
cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,psikosis, stupor,
koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak –
sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
4. Perkemihan
B4 (bladder)
oligomenorea,
amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
5.
Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan
berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya
sering, kehausan, mual dan muntah.
6.
Muskuloskeletal/integument B6
(bone)
rasa
lemah, kelelahan
III. Diagnosa Keperawatan
1.
Hipertermi berhubungan dengan proses
inflamasi
2. Ketidak seimbangan nutirsi kurang dari
keb.tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan
mengabsorbsi nutrisi
3. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4.
Ketidakseimbangan pola nafas berhubungan
dengan Keletihan otot pernafasan
IV. Intervensi Keperawatan
1.
Hipertermi berhubungan dengan
proses inflamasi
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam suhu tubuh normal
Kriteria
Hasil: Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,mukosa bibir lembab
Intervensi:
·
Berikan kompres air hangat sesuai
kebutuhan
R/ Dapat membantu penurunan panas yang
dialami pasien
·
Anjurkan klien menggunakan baju yang
dapat menyerap keringat
R/ karena kondisi tubuh yang lembab
memicu pertumbuhan jamur sehingga beresiko
menimbulkan komplikasi.
·
Pertahankan lingkungan yang sejuk
R/ untuk membantu menjaga suhu tubuh
pasien agar dalam keadaan normal
·
Kolaborasi dengan TIM medis dalam
pemberian obat
R/ membantu menuunkan suhu
tubuh pasien
2. Ketidak seimbangan nutirsi kurang dari
keb.tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan
mengabsorbsi nutrisi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X 24jam diharapkan kebutuhan
nutrisi
tercukupi
Kriteria
Hasil: Porsi makan kembali normal BB normal,Pemeriksaan lab.normal
dan tidak
menunjukan tanda-tanda malnutrisi.Mual(-) Muntah(-).
Intervensi
:
·
awasi pemasokan diet,berikan makan
sedikit tapi sering
R/ untuk menghindari mual dan
muntah dan memenuhi keb.nutrisi pasien
·
Anjurkan pasien makan sedikit tapi
sering
R/ meningkatkan nafsu makan
·
Berikan HE tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh
R/ Meningkatkan pengetahuan pasien
tentang nutrisi
·
Kolaborasi dengan TIM medis dalam
pemberian obat
R/ Memberikan terapi yang tepat bagi pasien
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan
metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan.
(Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)
Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan
goiter nodular toksik. Penyakit Graves adalah suatu gangguan autoimun di mana
terdapat suatu defek genatik dalam limfosit Ts dan sel Th merangsang sel B
untuk sintesis antibody terhadap antigen tiroid (Dorland, 2005).
Sedangkan goiter nodular toksik yaitu
Peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormon
tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode
pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pubertas atau
kehamilan. ( Elizabeth J. Corwin, 2009 )
DAFTAR
PUSTAKA
- Barbara, C. Long.1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ),Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung
- Corwin, E,J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta
- Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
- Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
- http://www.scribd.com/doc/64809543/ASKEP-HIPERTIROID
- Greenspan S. Francis,2000. Endokrinologi dasar dan klinik